Sedangkan Dimas Auludin, yang mengalami luka bacok di kepalanya ini, hanya rawat jalan di Puskesmas Bululawang. Sementara Siswanto, mengalami luka bacok jari tangannya. Meski sempat dibawa ke RSSA Malang, tetapi Siswanto sudah diperbolehkan pulang. Para pelaku penyerangan sendiri masih diburu anggota Reskrim Polsek Bululawang. “Pelakunya masih kami buru. Dua diantaranya identitasnya sudah kami kantongi. Yakni bernama Bisri dan satu lagi berinisial LN, yang masih berstatus pelajar MTs. Mereka warga Desa Jambearjo, Tajinan,” ungkap Kapolsek Bululawang, Kompol Mudjiono.
Ditambahkan Kanitreskrim Polsek Bululawang, AKP Prayitno, pihaknya bersama warga dan perangkat desa, sudah melakukan penggerebekan di rumah kedua terduga pelaku itu. ’Namun mereka masih belum berhasil diamankan. Kami sudah koordinasi dengan perangkat desa dan keluarganya, untuk membujuk pelaku segera menyerahkan diri, sebelum kami mengambil tindakan tegas terhadap para pelaku,” kata Prayitno.
Dijelaskan dia, peristiwa bermula dari pertandingan persahabatan sepak bola antara SMP Negeri 2 Bululawang dengan SMP Negeri 1 Bululawang. Pertandingan diluar agenda sekolah itu, dilakukan setelah pulang sekolah di Lapangan Bululawang. Keempat korban menjadi suporter SMP Negeri 1 Bululawang. Sedangkan sekelompok pelaku warga Desa Jambearjo, Tajinan, adalah supporter dari SMP Negeri 2 Bululawang. Awal pertandingan memang berjalan lancar. Namun memasuki menit terakhir babak pertama dengan keunggulan 1-0 untuk kemenangan SMP Negeri 2 Bululawang, pertandingan dihentikan karena terjadi ketegangan dan saling olok antar suporter serta pemain, setelah salah satu pemain SMP Negeri 1 Bululawang dilanggar dengan dijatuhkan.
Setelah jatuh, bola juga tetap ditendang ke tubuh pemain SMP Negeri 1 Bululawang. Bahkan tim SMP Negeri 2 Bululawang, diketahui memainkan pemain yang bukan pelajar SMP Negeri 2. “Melihat SMP Negeri 2 Bululawang itu tidak sportif, sebagai supporter saya dan teman langsung marah dengan mengatakan kalau orang luar lawan dengan orang luar saja. Tetapi mereka sama sekali tidak ada yang berani menjawab,” ujar Mochammad Ali Sadikin.
Namun tanpa disadari para korban, tiba-tiba dari belakang suporter SMP Negeri 2 Bululawang, muncul beberapa pemuda yang mengeluarkan celurit dari balik baju langsung menyerang. Mendapat serangan mendadak itu, para korban yang tidak siap berusaha kabur dan menghindar. Namun, para pelaku terus mengejar dengan menyabetkan senjata celurit itu ke arah korban.
“Ketika dibacok itu, saya sedang terjatuh. Awalnya saya mau dibacok di kaki namun saya tangkis dengan tangan. Dan kedua mengenai leher saya,” lanjutnya.
Sedangkan Yusuf mengaku dibacok ketika berusaha menolong Ali Sadikin.
Serangan sekelompok pemuda Desa Jambearjo, Tajinan itu baru berhenti setelah beberapa warga sekitar dan petugas Polsek Bululawang masuk ke Lapangan Bululawang. Namun, saat itu para pelaku sudah kabur semuanya. “Kami tidak tahu kalau pertandingan persahabatan itu akan terjadi kerusuhan,” terang Devin, siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bululawang. (agp/mar)
0 komentar:
Posting Komentar